News
Loading...

Korosi Oleh Udara

Kabut dan pengembunan bisa mendatangkan bahaya korosi dari udara arena membasahi seluruh permukaan termasuk yang tersembunyi. Lapisan-lapisan tipis air dari kabut dan embun tidak akan mengalir dan akan tetap di situ sampai menguap oleh hembusan angin atau meningkatnya temperatur. Untuk memulai serangan, selapis tipis air yang tidak kelihatan sudah lebih dari cukup. Kebanyakan logam seperti besi, baja, nikel, tembaga dan seng mengalami orosi bila elembaban re;atif lebih dari 60 %. Jika kelembaban lebih dari 80 %, karat pada besi dan baja menjadi higrosopik (menyerap air) dan dengan demikian laju serangan meningkat lagi.

Lapisan tipis embun yang terbentuk dari kabut atau dari kelembaban relatif lebih tinggi mudah jenuh dengan oksigen dari udara, arena itu reaksi katodik, entah pengurangan Oksigen atau pembentukan Hidrogen, bukan merupakan tahapan penentu laju dalam proseskorosi yang ditimbulkannya. Laju dan tingkat keparahan serangan biasanya ditentukan oleh konduktifitas eletrolit, yang bergantung pada kadar bahan pengotor yang terlarut. Bahan pengotor ini berbeda-beda, dari Karbon dioksida, Belerang trioksida, senyawa-senyawa nitrat, Hidrogen sulfida dan ion-ion klorida di lingkungan laut. Uji-uji exposure telah memperlihatkan bahwa laju orosi untuk baja yang hanya 5 μm per tahun di Nkpoku, sebuah desa di Nigeria, meningkat menjadi 90 μm per tahun di Sheffield, sebuah kawasan industri di Inggris. Di lingkungan laut, terutama di pesisir, laju orosi bisa lebih tinggi lagi.

Temperatur berpengaruh terhadap orosi udara melalui dua cara. Pertama peningkatan temperatur biasanya diikuti oleh peningkatan laju reaksi. Pada umumnya, laju reaksi meningkat hampir dua kali lipat setiap kali temperatur naik 10o C. Bagaimanapun, pada temperatur tinggi, elarutan oksigen berkurang dan karena itu laju reaksi katodik menjadi lebih rendah sehingga membatasi korosi. Dalam lapisan-lapisan tipis dengan pasokan oksigen yang baik dari udara efek pembatasan ini akan kecil.

Kedua, perubahan temperatur berpenbgaruh terhadap kelembaban relatif dimana dapat menyebabkan pengembunan titik embun. Jika temperatur turun lebih rendah dari titik embun, udara menjadi jenuh dengan uap air dan titik-titik air akan mengendap pada setiap permukaan yang terbuka. Pengembunan bisa terjadi di semua permukaan yang cukup dingin, baik di luar maupun di dalam. Titik-titik air dapat menggenang pada tempat-tempat tertentu dan membentuk kolam elektrolit yang tersembunyi dalam suatu struktur sehingga korosi terjadi di tempat yang tidak disanga-sangka.

Pengembunan titik embun bertanggung jawab atas berbagai kerusakan pada knalpot-knalpot endaraan dan cerobong-cerobong asap. Jika temperatur gas yang disemburkan turun hingga lebih rendah dari titi embunnya sebelum sempat terlepas ke udara bebas, pengembuanan akan terjadi. Gas bahan bakar biasanya mengandung belerang oksida dan senyawa-senyawa nitrogen. Ini akan menjadi elektrolit-eletrolit agresif yang dengan cepat mendatangkan kegagalan korosi dan bermula pada permukaan sebelah dalam.

Belerang triosida bisa menjadi asam sulfat, sebuah eletrolit yang sangat agresif. Peningkatan kadar belerang trioksida juga menaikkan juga meningkatkan titik embun gas sehingga kondensat akan terebentuk pada temperatur lebih tinggi dan mempercepat kontak permukaan knalpot dengan elektrolit. Pengotor bahan bakar lain yang umum, vanadium, bertindak sebagai katalisator untuk pengubahan belerang dioksida menjadi belerang trioksida dalam ruang pembakaran, ini pun meningkatan emungkinan kegagalan dini pada sistem pembuangan gas. Gas buang tanpa belerang triosida memiliki titik embun dalam rentang antara 38 hingga 46 derajat Celsius kehadiran 5 ppm belerang triosida menaikkannya menjadi 100 derajat Celsius, sedangkan 40 ppm menyebaban titi embun menjadi 168 derajat Celsius.

Partikel-partikel padat yang terbawa oleh aliran udara atau gas dapat mengiis cat dan selaput-selaput pelindung pada permukaan logam. Bagian yang rusak akibat pengikisan ini cenderung terkorosi lebih dahulu begitu elektrolit terbentuk pada permukaannya.

Pesawat terbang mempunyai peluang besar untuk mengalami erusakan korosi akibat kikisan partikel padat. Ketika masih di adarat, cat bisa rusa oleh pasir dan debu yang berterbangan akibat angin olakan yang ditimbulkan oleh geraan pesawat. Sedangkan di angkasa, kikisan bisa terjadi oleh partikel-partikel es yang sangat halus atau tetes-tetes air hujan. Korosi pada bagian yang terkikis itu segera dimulai begitu pesawat memasuki daerah lembab. Cat pesawat terbang yang bahan dasarnya resin epoksin lebih rentan dibanding yang bahan dasarnya poliuretan, khususnya karena partikel-partikel es yang halus bisa membentuk lubang-lubang kecil menembus lapisan cat.

Partiel-partiel abrasif yang masuk ke dalam motor turbin gas dapat mengikis lapisan penahan temperatur tinggi pada sudu-sudu, akibatnya bagian ini akan mengalami korosi panas atau korosi temperatur tinggi.

Apabila kelembaban relatif tinggi, sel-sel aerasi diferensial mini dapat terbentuk di bawah debu atau partikel-partikel kasar yang menempel pada permukaan logam. Akibatnya, permukaan logam akan dipenuhi dengan produk korosi yang menutupi lubang-lubang korosi. Baja nirkarat, yang digunakan sebagai penghias bagian depan rumah di kota-kota besar, sering menderita korosi seperti ini. Karena itu perlu dilapisi minyak atau bahan transparan lain untuk menghentikan proses pembentukan sel. Beberapa partiel, misalnya jelaga, dapat bertindak sebagai atoda-atoda aktif yang membentuk sel-sel korosi penyebab lubang-lubang di permukaan logam.
Share on Google Plus

About Mukhamad Aziz

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar

Tinggalkan Sebuah Komentar Anda